Sintesis Metil Ester Dengan Metode Esterifikasi TERBARU 2019
Sintesis
Metil Ester Dengan Metode Esterifikasi
Indra
Amin Jaya
1Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas
Tanjungpura
Jl. Prof Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
*email
: indraamnjaya99@gmail.com
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan sintesis metil ester dengan metode
esterifikasi yang bertujuan untuk mempelajari reaksi esterifikasi, membedakan
reaksi esterifikasi dan transesterifikasi serta mempelajari sintesis biodiesel.
Pada percobaan ini digunakan sampel limbah padat minyak kelapa sawit. Pertama
dilakukan adalah uji FFA dengan mereaksikan dengan etanol dan indikator PP, dan
dititrasi dengan KOH sampai terbentuk warna merah muda. Nilai %FFA nya adalah
28,16%. Kemudian dilakukan proses esterifikasi yang direaksikan dengan metanol
dengan bantuan katalis asam yaitu H2SO4 . Kemudian di refluks selama
2 jam pada suhu 60-65°C. senyawa metil ester kemudian dilakukan pemisahan
dengan proses esktraksi dengan terbentuknya 2 lapisan. Serta dilakukan
penentuan %FFA yang melalui proses titrasi asam basa. Dengan diperoleh titik
akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna merah muda, nilai %FFA sebesar
16,256 %.
Kata
Kunci : limbah minyak kelapa sawit, %FFA, Ekstraksi, Metil ester, Refluks, Esterifikasi
PENDAHULUAN
Kalimantan
Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi lahan perkebunan sawit.
Industri pengolahan sawit tersebar di beberapa Kabupaten di Kalimantan Barat.
Industri ini terus berkembang dalam memproduksi hasil olahan sawit. Salah satu
produk pengolahan industri kelapa sawit yang diperdagangkan adalah minyak sawit
mentah atau yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO). Proses pengolahan CPO menghasilkan
limbah padat yang dikenal dengan lumpur sawit atau palm sludge oil dengan kandungan
asam lemak bebas sekitar 10-80 %. Minyak sawit dengan kandungan asam lemak bebas
yang cukup tinggi ini dapat digunakan sebagai sumber asam lemak dalam
pembentukan senyawa ester (Syukran, dkk, 2013).
Luasnya
lahan kebun kelapa sawit akan menghasilkan limbah padat sawit yang sangat
banyak. Limbah padat sawit yang dihasilkan dapat berupa cangkang, batang,
tandan kosong, pelepah dan lain-lain yang merupakan sisa dari industri sawit
yang belum dimanfaatkan secara optimal. Selama ini, limbah padat sawit dibakar
di lahan dan menghasilkan abu yang digunakan sebagai pupuk tanaman. Selain itu
limbah padat seperti cangkang digunakan sebagai bahan bakar boiler untuk
pembangkit uap serta bahan baku karbon aktif. Namun pemanfaatan limbah dengan
metode seperti ini hanya dapat menanggulangi limbah dalam skala kecil sedangkan
limbah padat diproduksi dalam skala yang cukup besar. Untuk itu diperlukan
suatu terobosan yang dapat mengolah limbah padat sawit. Karena limbah padat
sawit mempunyai potensi sebagai sumber energi maka pada penelitian ini
menggunakan limbah padat sawit (batang kelapa sawit, tandan kosong dan pelepah)
sebagai biomasuntuk memproduksi bio-oil (Saputra, dkk, 2007).
Produk minyak kelapa sawit sebagai
bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan
kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua
berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa
sawit bermutu prima (SQ, Special Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free
Fatty Acid) tidak lebih dari 2 % pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak
kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa
sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 % ‐
22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7% ‐ 2,1%
(terendah) (Soerawidjaya, 2006).
Minyak kelapa sawit dan inti minyak
kelapa sawit merupakan susunan dari fatty
acids, esterified, serta glycerol yang masih banyak lemaknya. Didalam
keduanya tinggi serta penuh akan fatty
acids, antara 50% dan 80% dari masing‐masingnya. Minyak
kelapa sawit mempunyai 16 nama carbon yang penuh asam lemak palmitic acid
berdasarkan dalam minyak kelapa minyak kelapa sawit sebagian besar berisikan
lauric acid. Minyak kelapa sawit sebagian besarnya tumbuh berasal alamiah untuk
tocotrienol, bagian dari vitamin E. Minyak kelapa sawit didalamnya banyak
mengandung vitamin K dan magnesium (Soerawidjaya, 2006).
Ester asam lemak merupakan senyawa
turunan asam karboksilat yang sangat bermanfaat. Senyawa ester asam lemak
banyak digunakan dalam industri kosmetik, tekstil, makanan dan lainnya. Dalam
industri oleokimia, penggunaannya yang paling penting ialah sebagai bahan bakar
alternatif mesin diesel (biodiesel). Biodiesel merupakan ester dari asam lemak
dengan alkohol (biasanya metil atau etil) yang dapat disintesis melalui transesterifikasi
minyak atau asam lemak dan alkohol dengan bantuan katalisator basa. Salah satu
katalisator yang dapat digunakan adalah abu tandan kosong sawit. Pemilihan abu
tandan kosong sawit sebagai katalisator adalah karena tandan kosong sawit
merupakan salah satu limbah padat yang berasal dari proses pengolahan industri
kelapa sawit. Tandan kosong sawit yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk
dan menjadi tempat bersarangnya serangga sehingga dianggap sebagai limbah yang
dapat mencemari lingkungan dan menyebarkan bibit penyakit. Abu hasil pembakaran
tandan kosong sawit memiliki kandungan kalium yang cukup tinggi (memiliki sifat
basa) sehingga dapat digunakan sebagai katalisator dalam reaksi
transesterifikasi (Syukran, dkk, 2013).
Prinsip dari percobaan ini adalah
sintesis metil ester dilakukan dengan metode esterifikasi. Esterifikasi adalah
reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester, pertama dilakukan
uji FFA pada sampel limbah kelapa sawit dengan cara titrasi. Titrasi adalah
metode penentuan konsentrasi zat didalam suatu larutan. Kemudian minyak diesterifikasi
dengan cara direaksikan dengan alkohol melalui proses refluks dan ekstraksi.
Refluks adalah metode untuk mensintesis suatu senyawa organik maupun anorganik.
Ekstraksi adalah metode pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya.
Setelah diesterifikasi kemudian ditentukan kembali kadar FFA pada sampel.
Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa diharapkan mempelajari reaksi
esterifikasi, membedakan reaksi esterifikasi dengan trnsesterifikasi, dan
mempelajari sintesis biodiesel.
METODOLOGI
Alat
dan Bahan
Alat – alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah batang pengaduk, beaker glass, botol akuades, corong pisah,
buret, labu lehel liebig, magnetic stirrer, statif, klem, Erlenmeyer, pipet
volume, dan termometer.
Bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah akuades (H2O), asam sulfat (H2SO4),
indikator fenolftalein (C20H14O4), kalium
hidroksida (KOH), metanol (CH3OH), limbah minyak sawit, natrium hidroksida
(NaOH).
Prosedur Kerja
Uji
FFA
Limbah minyak kelapa sawit ditimbang
sebanyak 1 gram (w) ke dalam erlenmeyer 250 mL. kemudian dilarutkan dengan 10
mL etanol, dan ditambahkan 5 tetes larutan indikator fenolftalein, lalu
dititrasi larutan tersebut dengan kalium hidroksida (KOH) 0,1 N sampai
terbentuk warna merah muda (warna merah muda bertahan 30 detik). Volume dicatat
larutan KOH yang diperlukan (v). Menyatakan asam lemak bebas sebagai %FFA. %FFA dengan persamaan sebagai berikut:
Proses
Esterifikasi
Limbah sawit ditimbang sebanyak 3
gram, kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu 60-65°C. ditambahkan 16,024 mL
metanol dan 0,2 mL asam sulfat untuk setiap gram asam lemak bebas dalam minyak.
Dicampurkan asam sulfat dan metanol berlebih dahulu kemudian menambahkannya
secara perlahan ke dalam minyak. Pengadukan dilakukan dengan magnetic stirrer
selam 2 jam pada suhu 60-65°C. campuran didinginkan sampai terbentuk 2 lapisan.
Lapisan bawah adalah metanol-air-asam sulfat. Kemudian diukur kembali %FFA.
Rangkaian Alat
Gambar 1.1
Rangkaian Alat Titrasi
Gambar 1.2
Rangkaian Alat Refluks
Gambar 1.3
Rangkaian Alat Ekstraksi
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan
Uji FFA
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Limbah
kelapa sawit ditimbang sebanyak 1 gram ke dalam erlenmeyer 250 mL
|
Limbah
kelapa sawit = 1 gram
|
2.
|
Dilarutkan
dengan etanol dan ditambahkan 5 tetes larutan indikator fenolftalein.
|
Etanol
= 10 mL
Indikator
PP = 5 tetes
|
3.
|
Dititrasi
larutan dengan kalium hidroksida (KOH) 0,1 N sampai terbentuk warna merah
muda (warna merah muda bertahan 30 detik)
|
Terjadi
perubahan warna merah muda
|
4.
|
Dilakukan
pengadukan dengan cara menggoyangkan erlenmeyer selama titrasi
|
Saat
pengadukan hasil titrasi dapat berubah warna
|
5.
|
Dicatat
volume larutan KOH yang diperlukan
|
V KOH = 11 mL
|
6.
|
Dinyatakan
asam lemak bebas sebagai %FFA
|
%FFA
= 28,16%
|
Proses Esterifikasi
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Dipanaskan 3 gram limbah minyak
hingga mencapai suhu 60-65°C
|
Limbah kelapa sawit = 3 gram
|
2.
|
Ditambahkan 16,024 gram metanol dan
0,2 mL asam sulfat untuk setiap gram asam lemak bebas dalam minyak.
Dicampurkan asam sulfat dan metanol terlebih dahulu kemudian ditambahkannya
perlahan kedalam minyak.
|
Metanol = 2,25 gram
H2SO4 = 0,05 gram
|
3.
|
Dilakukan pengadukan dengan magnetic
stirer selama 2 jam
|
Disaat pengadukan bahan-bahan
tercampur
|
4.
|
Didinginkan campuran sampai
terbentuk 2 lapisan. Lapisan bawah adalah metanol-air-asam sulfat
|
Lapisan terbentuk 2 lapisan
|
5.
|
Dititrasi larutan dan ditambahkan
indikator PP
|
Indikator PP = 5 tetes
vKOH = 53,2 mL
|
6.
|
Diukur kembali %FFA
|
%FFA = 45,397%
|
Pembahasan
Asam lemak bebas merupakan salah satu
indikator untuk kerusakan minyak, yang timbul karena reaksi hidrolisis yang
dipercepat oleh air sisa minyak yang teradsorpsi selama proses pemurnian.
Penggunaan asam dalam proses pengolahan minyak kelapa murni dapat menghasilkan
asam lemak bebas yang tinggi. Dalam praktikum ini,
mereaksikan limbah minyak dengan metanol sebagai alkohol
dengan menggunakan katalis asam yaitu H2SO4. Esterifikasi
dilakukan jika FFA (asam lemak bebas) > 2%. Reaksi esterifikasi ini,
bertujuan untuk menghasilkan ester dari asam karboksilat sedangkan
transesterifikasi bertujuan untuk menghasilkan metil ester. Free Fatty Acid (FFA) adalah
persentase banyaknya asam lemak bebas (dalam bentuk asam laurat) untuk setiap
100 gram minyak dalam setiap 1 mg KOH, dihitung dalam bentuk asam laurat karena
di dalam minyak kelapa murni banyak terkandung asam laurat, yang berdasarkan
tingkat kejenuhannya, maka minyak kelapa memiliki derajat ketidakjenuhan rendah
yang menyebabkan minyak kelapa tidak mudah tengik (Susanto, 2012).
Reaksi esterifikasi adalah suatu
reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester. Turunan asam
karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester asam karboksilat ialah
suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2 R dengan R dapat berupa alkil maupun
aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik Reaksi esterifikasi mengkonversi asam lemak
bebas yang terkandung di dalam trigliserida menjadi metil ester. Namun,
membentuk campuran metil ester dan trigliserida (Arita, dkk, 2008).
Reaksi
esterifikasi berkatalis asam berjalan lebih lambat, namun metode ini lebih
sesuai untuk minyak atau lemak yang memiliki kandungan asam lemak bebas relatif
tinggi. Karena, dari bentuk reaksi di bawah, FFA yang terkandung di dalam
trigliserida akan bereaksi dengan methanol membentuk metil ester dan air. Jadi,
semakin berkurang FFA, methanol akan berekasi dengan trigliserida membentuk
metil ester. menunjukkan bahwa esterifikasi berkatalis asam dapat digunakan
pada bahan baku minyak bermutu rendah atau memiliki kandungan asam lemak bebas
tinggi. Sehingga metode ini lebih sesuai untuk CPO Offgrade (Arita, dkk, 2008).
Percobaan ini dilakukan dengan sampel limbah padat minyak
kelapa sawit. Limbah padat sawit yang dihasilkan dapat berupa cangkang, batang,
tandan kosong, pelepah dan lain-lain yang merupakan sisa dari industri sawit
yang belum dimanfaatkan secara optimal. Selama ini, limbah padat sawit dibakar
di lahan dan menghasilkan abu yang digunakan sebagai pupuk tanaman. Selain itu limbah
padat seperti cangkang digunakan sebagai bahan bakar boiler untuk pembangkit uap
serta bahan baku karbon aktif. Namun pemanfaatan limbah dengan metode seperti ini
hanya dapat menanggulangi limbah dalam skala kecil sedangkan limbah padat diproduksi
dalam skala yang cukup besar. Untuk itu diperlukan suatu terobosan yang dapat
mengolah limbah padat sawit. Karena limbah padat sawit mempunyai potensi
sebagai sumber energy (Saputra, dkk, 2007).
Percobaan ini dilakukan dengan melakukan uji FFA. Uji FFA ini berfungsi untuk menentukan persentase asam lemak bebas yang terdapat dalam sampel sehingga dapat digunakan metode yang sesuai untuk
proses sintesis metil ester. Mula-mula limbah kelapa sawit ditimbang sebanyak 1 gram dan masukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL. sebelum itu etanol harus dihangatkan sebentar tujuan penghangatan adalah agar mudah larut saat dicampurkan dengan limbah minyak kelapa sawit. Kemudian limbah padat dipanaskan tujuannya supaya mencairkan dan dapat bercampur dengan etanol. Lalu ditambahkan10 mL etanol dan ditambahkan 5 tetes larutan indikator fenolftalein. Tujuan penambahan indikator PP adalah untuk menentukan titik akhir titrasi dan ditandai dengan perubahan warna (Kusuma, 1983). Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda.
proses sintesis metil ester. Mula-mula limbah kelapa sawit ditimbang sebanyak 1 gram dan masukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL. sebelum itu etanol harus dihangatkan sebentar tujuan penghangatan adalah agar mudah larut saat dicampurkan dengan limbah minyak kelapa sawit. Kemudian limbah padat dipanaskan tujuannya supaya mencairkan dan dapat bercampur dengan etanol. Lalu ditambahkan10 mL etanol dan ditambahkan 5 tetes larutan indikator fenolftalein. Tujuan penambahan indikator PP adalah untuk menentukan titik akhir titrasi dan ditandai dengan perubahan warna (Kusuma, 1983). Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda.
Gambar 1.4 Titrasi
Gambar 1.5 hasil titrasi KOH dengan
limbah kelapa sawit
Berdasarkan perlakukan tersebut diperoleh volume KOH
titrasi sebanyak 11 mL dengan perubahan warna
larutan dari bening-merah muda. Dimana dari hasil perhitungan
diperoleh %FFA pada sampel sebesar 28,16%. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 % ‐ 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7% ‐ 2,1% (terendah) (Soerawidjaya, 2006).
diperoleh %FFA pada sampel sebesar 28,16%. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 % ‐ 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7% ‐ 2,1% (terendah) (Soerawidjaya, 2006).
Pada percobaan sintesis metil ester. Dilakukan
proses refluks Refluks adalah suatu metode yang digunakan untuk mensintesis zat
yang mudah menguap dimana terjadi proses pendinginan dengan metode pemanasan (Fessenden,
1986). Mula-mula ditimbang 3 gram limbah kelapa sawit kemudian dimasukkan
metanol 16,024 mL dan 0,2 mL asam sulfat. Fungsi
penambahan metanol adalah untuk memutuskan gliserin dengan asam lemak sehingga membentuk senyawa ester. Dan fungsi penambahan H2SO4 adalah sebagai katalis untuk mempercepat laju reaksi
esterifikasi. Pencampuran metanol dan asam sulfat adalah supaya reaksi yang
terjadi lebih cepat terbentuknya ester dengan sempurna. Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat reaksi tanpa
ikut terkonsumsi oleh keseluruhan reaksi. Pada dasarnya, katalis justru harus
ikut bereaksi dengan reaktan untuk membentuk suatu zat antara yang aktif. Zat
antara ini kemudian bereaksi dengan molekul reaktan yang lain menghasilkan
produk (Arita, dkk, 2008). Kemudian sampel diaduk dengan
menggunakan magnetic stirrer yang digunakan untuk mengaduk campuran agak
terjadi reaksi yang sempurna. Dilakukan pengadukan selama 2 jam pada suhu
60-65°C digunakan suhu tersebut karena suhu itu sudah optimum dilakukan pada
proses esterifikasi (Sudjadi, 1986), Lalu campuran didinginkan kemudian dimasukan ke dalah corong pisah dan
dilakukan proses ekstraksi sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan bawah adalah
metanol-air-asam sulfat. Lapisan atas adalah lapisan organik yaitu ester.
Gambar 1.6 proses ekstraksi
Dan yang terakhir adalah dilakukan titrasi lagi antara
metil ester dan KOH dengan indikator fenolftalein untuk menentukan %FFA. Dimana
proses titrasi menggunakan 53,2 ml KOH dan diperoleh %FFA sebesar 45,397%.
Kenaikan volume KOH yang digunakan karena senyawa yang diperoleh sudah cukup
murni sehingga diperlukan cukup banyak larutan basa.
Mekanisme yang terjadi pada reaksi
esterifikasi, Pada mulanya asam karboksilat (asam asetat) terprotonasi oleh
H+ dari asam karboksilat. sehingga menyebabkan atom O dari gugus karbonil
menjadi tidak stabil dan berusah menarik pasangan elektron dari ikatannya
dengan atom C. Kerapatan elektron lebih tertarik ke atom O, karena atom O
bersifat lebih elektronegatif dibandingkan atom C. Merapatnya pasangan
elektron pada atom O menyebabkan atom karbon (C) bersifat elektrofilik
atau kekurangan elektron sehingga menyebabkan atom C mengalami penyerangan oleh
metanol yang bersifat nukleofilik.
Efek dari penyerangan ini menyebabkan
atom O menjadi kekurangan elektron kerena telah mendonorkan elektronnya kepada
atom karbon dari gugus karbonil. untuk memenuhi elektronnya atom oksigen
menarik elektron dari ikatan kovalen antara dia dengan atom hidrogen
dengan konsekuensi atom hidrogen harus dilepas. Reaksi ini kemudian berlanjut
dengan terprotonasinya atom O dari gugus hidroksil oleh proton atau H+
dari asam karboksilat yang menyebabkan atom O menjadi tidak stabil karena
kekurangan elektron. Atom O kemudian menarik elektron dari ikatan kovelen
antara dia dengan atom karbon yang berakibat terjadinya pelapasan/eleminasi H2O
yang disertai kembali terbentuknya ikatan rangkap antara atom karbon dengan
oksigen sehingga menghasilkan senyawa ba ru berupa ester dengan reaksi samping
H2O.
Reaksi esterifikasi, ikatan yang
terputus adalah ikatan C-O asam karboksilat dan bukan –OH dari asam atau ikatan
C-O dari alkohol.
Dengan bertambahnya halangan sterik
dalam zat antara, laju pembentukan ester akan menurun. Rendemen esternya pun
berkurang. Alasannya ialah karena esterifikasi itu merupakan suatu reaksi yang
bersifat dpat balik dan spesies yang kurang terintangi (pereaksi) akan lebih
disukai. Jika suatu ester yang meruah (bulky)
harus dibuat, maka lebih baik digunakan jalur sintesis lain, seperti reaksi
antara alkohol dengan suatu anhidrida asam atau klorida asam, lebih reaktif
dari asam karboksilat dan dapat bereaksi secara tak dapat balik (Hart, 1987).
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan diatas dapat
disimpulkan bahwa :
1. Metil ester dapat disintesis melalui metode
esterifikasi dengan mereaksikan limbah minyak kelapa sawit dengan senyawa alkohol
berupa metanol melalui proses refluks serta digunakan katalis asam berupa H2SO4
2. Pada reaksi esterifikasi, prosesnya menggunakan katalis asam, sedangkan
pada reaksi transesterifikasi prosesnya menggunakan katalis basa.
3. Sintesis
biodisel dapat dilakukan dengan metode esterifikasi.
4. Hasil dari pecobaan yang dilakukan adalah pada uji FFA. %FFA nya adalah
28,16%, sedangkan Uji FFA pada proses esterifikasi adalah 45,397 %.
Daftar Pustaka
Arita,
S., Meta, B.D., dan Jaya, I.,
2008, Pembuatan Metil Ester Asam Lemak Dari Cpo Off Grade Dengan Metode EsterifikasiTransesterifikasi, J. Teknik Kimia, Vol. 15 (2) : 35
2008, Pembuatan Metil Ester Asam Lemak Dari Cpo Off Grade Dengan Metode EsterifikasiTransesterifikasi, J. Teknik Kimia, Vol. 15 (2) : 35
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S.
1986. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga. Jakarta
Hart, Harold. 1987. Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Erlangga. Jakarta
Kusuma,
S, 1983, Pengetahuan Bahan-Bahan. Jakarta. Erlangga
Saputra,
Edy. Syaiful, Bahri dan, Edward Hs. 2007. Bio-Oil
dari Limbah Padat Sawit. Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan. Vol.6, No.2 :45-49. ISSN 1412-5064
Soerawidjaya, Tatang. N, 2006,
Fondasi-Fondasi Ilmiah dan Keteknikan dari Teknologi Pembuatan Biodisel.
Yogyakarta. UGM
Sudjadi. 1986. Metode pemisahan. UGM-Press.
Yogyakarta
Susanto,
T., 2013, Perbandingan Mutu Minyak
Kelapa Yang Di Proses
Melalui Pengasaman Dan Pemanasan Sesuai Sni 2902- 2011, Hasil Penelitian Industri, Vol. 26 (1) : 7
Melalui Pengasaman Dan Pemanasan Sesuai Sni 2902- 2011, Hasil Penelitian Industri, Vol. 26 (1) : 7
Syukran,
Sy. M. J, Harlia, dan Nelly Wahyuni, 2013, Pengaruh Konsentrasi Katalis Dan Waktu Reaksi Pada Transesterifiksi
Minyak Sawit Mentah Vol. 2, No.3 :133-137. ISSN
2303-1077
Comments
Post a Comment